Setiap hari, kita menerima banyak pesan melalui WhatsApp, media sosial, atau grup keluarga. Beberapa isinya lucu, informatif, atau menyentuh. Tapi tak jarang juga, ada pesan yang menakutkan. Misalnya:
“Seorang gadis meninggal setelah makan udang dan minum vitamin C! Keluar darah dari 7 lubang tubuhnya. Jangan konsumsi udang saat minum vitamin C, bisa mati!”
Kalimat seperti ini sering membuat panik. Banyak orang langsung menyebarkannya ke keluarga, teman, atau grup RT tanpa pikir panjang. Padahal, informasi seperti itu bisa jadi hoaks — informasi palsu yang bisa membahayakan.
Dalam artikel ini, kamu akan belajar bagaimana mengenali hoaks kesehatan, mengapa hoaks bisa berbahaya, dan apa yang harus dilakukan saat menerimanya.
Apa Itu Hoaks Kesehatan?
Hoaks kesehatan adalah informasi palsu atau menyesatkan yang berkaitan dengan kesehatan, penyakit, makanan, obat, atau kebiasaan hidup. Hoaks ini biasanya disebarkan tanpa sumber yang jelas dan sering menimbulkan ketakutan.
Tujuan hoaks bisa bermacam-macam:
- Menakuti orang
- Menyebar kepanikan
- Menjual produk tertentu
- Atau sekadar iseng
Hoaks bisa sangat berbahaya karena bisa membuat orang percaya hal yang salah, bahkan mengambil keputusan medis yang keliru, seperti tidak mau vaksin, berhenti minum obat, atau takut makan makanan tertentu.
Mengapa Kita Sering Percaya Hoaks?
Ada beberapa alasan kenapa hoaks mudah dipercaya:
- Bahasanya meyakinkan
- Menggunakan istilah medis atau menyebut nama universitas asing.
- Misalnya: “Peneliti dari Universitas Chicago menemukan…”
- Bikin panik
- Banyak orang percaya karena takut.
- Apalagi kalau disuruh “segera sebarkan ke orang tersayang”.
- Dikirim oleh orang yang kita kenal
- Kita lebih mudah percaya kalau yang mengirim adalah teman, keluarga, atau tokoh agama.
Ciri-Ciri Hoaks Kesehatan
Berikut adalah tanda-tanda pesan kesehatan yang patut dicurigai:
1. Tidak jelas sumbernya
- Tidak ada nama dokter, rumah sakit, atau institusi resmi.
- Atau jika ada, namanya tidak bisa diverifikasi.
2. Gaya penulisan penuh emosi
- Banyak tanda seru, huruf kapital, dan kata-kata seperti: “AWAS!!!”, “JANGAN ABAIKAN!!!”, “SEGERA SEBARKAN!!!”.
3. Klaim luar biasa
- Misalnya: “Vitamin C + udang bisa langsung menyebabkan kematian.”
- Atau: “Obat ini bisa menyembuhkan semua jenis kanker.”
4. Meminta disebarkan
- “Tolong sebarkan agar tidak ada lagi korban.”
- Ini adalah tanda klasik dari pesan berantai.
5. Tidak ditemukan di situs resmi
- Informasi tidak ada di situs WHO, Kementerian Kesehatan, atau portal berita tepercaya.
Contoh Hoaks Kesehatan Populer
Berikut beberapa hoaks yang sering beredar di masyarakat:
- Vitamin C + Udang = Racun Mematikan
- Faktanya: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Udang memang bisa mengandung arsenik organik, tapi tidak beracun dan tidak berubah jadi racun karena Vitamin C.
- Durian + Minuman Bersoda = Mati
- Faktanya: Tidak ada kasus medis resmi yang membuktikan klaim ini. Namun, memang disarankan membatasi minuman bersoda karena gula tinggi, bukan karena efek gabungan dengan durian.
- Mie instan + coklat bisa jadi racun
- Faktanya: Ini murni hoaks. Kombinasi makanan tidak serta-merta menghasilkan racun dalam tubuh.
- Vaksin menyebabkan autisme
- Faktanya: Sudah ratusan penelitian membuktikan bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme. Klaim ini berasal dari satu studi palsu yang sudah ditarik oleh jurnal medis.
Langkah-Langkah Saat Menerima Pesan Mencurigakan
1. Jangan langsung percaya
- Tahan jari sebelum menekan tombol “forward”.
- Ambil waktu sebentar untuk menganalisis isi pesan.
2. Periksa di situs pemeriksa fakta
3. Cek ke sumber terpercaya
- Website Kementerian Kesehatan, WHO, IDI, BPOM.
- Tanyakan langsung ke dokter atau apoteker.
4. Lihat gaya penulisannya
- Apakah terkesan dramatis?
- Apakah banyak tanda seru dan ajakan sebar?
5. Bersikap kritis dan edukatif
- Bila yakin itu hoaks, jangan marah ke orang yang menyebarkan.
- Beri penjelasan dengan sopan dan kirimkan sumber kebenarannya.
Mengapa Kita Harus Peduli?
Mungkin kamu berpikir, “Ah, cuma pesan iseng. Paling-paling cuma bikin takut.”
Tapi faktanya, hoaks kesehatan bisa menyebabkan:
- Orang menghindari makanan bergizi karena takut (seperti udang).
- Pasien meninggalkan pengobatan medis dan memilih pengobatan palsu.
- Warga menolak vaksin, yang bisa menyebabkan wabah penyakit.
- Kematian akibat percaya pada info salah.
Dengan membiarkan hoaks menyebar, kita berisiko menyesatkan orang lain, bahkan membahayakan nyawa mereka.
Penutup: Jadilah Penyaring, Bukan Penyebar
Di zaman digital, setiap orang bisa menjadi “penyebar berita.” Tapi mari kita jadi penyaring informasi, bukan penyebar ketakutan.
Mulai dari diri sendiri. Saat menerima informasi:
- Baca dengan teliti.
- Cek sumbernya.
- Tanyakan ke ahlinya.
- Edukasi orang lain dengan sopan.
Ingat: “Menyebarkan kebenaran adalah kebaikan. Menyebarkan hoaks, walau tidak sengaja, bisa menjadi dosa.”